10 Desember 2012 adalah waktu tenggang terakhir yang
diberikan FIFA sebagai induk organisasi sepak bola di dunia kepada timnas
Indonesia dalam menyelesaikan masalah Dualisme kepengurusan timnas yang
berujung pada dualisme timnas.PSSI versi ketua PSSI Djohar Arifin telah
menyiapkan kongres di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dan PSSI KPSI atau
Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia melalui ketuanya yaitu La Nyala Mataliti
juga tak mau kalah mengadakan kongres Tandingan di Hotel Sultan, Jakarta yang
rencananya keduanya akan di selenggarakan pada tanggal 10 Desember 2012.
Tepat 10
Desember 2012 kedua kongres tersebut di gelar bersamaan, di 2 kota berbeda
yaitu Palangkaraya dan Jakarta. Kongres PSSI KPSI pimpinan La Nyala Mataliti dihadiri
oleh perwakilan KONI dan perwakilan klub – klub dari Liga Super Indonesia.
Sedangkan kongres Palangkaraya pimpinan ketua umum Djohar Arifin di hadiri
wakil dari AFC ( Federasi klub se Asia ) dan beberapa perwakilan dari klub Indonesia
Premiere League.
Kongres di
Jakarta digelar di hotel Sultan dengan nyaman dan aman di gelar kurang lebih
selama 3 jam dan menghasilkan beberapa point hasil kongres yaitu mengembalikan
Indonesia ke peringkat 129 FIFA. Sedangkan kongres Palangkaraya tidak mendapat
rekomendasi izin dari pemerintah yang sementara dipegang Menteri Pengganti
Sementara Menpora Agung Laksono karena ditinggal Menteri Pemuda dan Olahraga
Andi Alfian Mallarangeng yang mengundurkan diri akibat status tersangka korupsi
sport centre hambalang yang ditetapkan kpk kepadanya beberapa waktu yang lalu,
serta tidak mendapatkan izin untuk melakukan kongres di kota tersebut oleh
kepolisian setempat.
Dengan
kejadian yang ada seperti ini, masyarakat pecinta sepak bola tanah air tentunya
ingin melihat dan merindukan kembali PSSI yang dahulu yang mewakili seluruh
aspirasi masyarakat sepak bola nusantara, tidak seperti saat ini yang terpecah
belah oleh kepentingan individu ataupun kelompok. Masyarakat Indonesia pun
tentu tidak mau melihat timnas negaranya tidak bisa tampil kembali di ajang
internasional kembali di kemudian hari akibat dualisme kepengurusan timnas
Indonesia yang tak kunjung usai.
No comments:
Post a Comment